Sabtu, 07 Desember 2013

Saatnya Memberdayakan Petani Hortikultura Magetan

Masuknya impor sejumlah komoditas sayuran ke Indonesia akhir-akhir ini tentu mengundang reaksi protes dan juga penolakan dari berbagai kalangan termasuk petani. Anjloknya harga jual produk sayuran lokal menjadi masalah utama yang diangkat para petani dalam menentang masuknya sayuran impor ke Indonesia. Hal ini juga terjadi kepada para petani di kawasan Kabupaten Magetan. Topografi wilayah daerah Magetan yang berupa pegunungan dan dataran tinggi dengan tanah yang subur menjadikan komoditas hortikultura sangat cocok untuk ditanam di Kabupaten Magetan.
Bagi petani hortikultura di Kabupaten Magetan, masuknya sayuran impor merupakan pemicu utama anjloknya harga jual produk sayur lokal. Hal ini disebabkan karena sayuran impor itu dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga sayur lokal. Misalnya untuk komoditas kentang, di pasaran Kabupaten Magetan, produk kentang impor bisa diual dengan harga sekitar Rp 2.200 per kilogram. Hal ini tentu membuat harga kentang lokal anjlok di kisaran harga Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kilogram, sedangkan pada awalnya harga kentang lokal bisa mencapai harga Rp 8.000 per kilogramnya.
Petani kentang pun memprotes adanya kebijakan impor ini karena mereka dipaksa merugi dengan anjloknya harga jual di pasaran. Padahal petani harus mengeluarkan biaya yang besar, minimal Rp 50.000.000 untuk bisa menghasilkan kentang dengan kualitas dan produktivitas yang tinggi. Selain itu kendala cuaca yang pada saat sekarang kurang bersahabat semakin memaksa petani untuk  mengeluarkan biaya ekstra untuk merawat tanamannya.

Terlepas dari semua itu, ada satu hal yang harus dibenahi oleh pemerintah yaitu terkait dengan pemberdayaan petani hortikultura. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena mayoritas petani di Indonesia khususnya Kabupaten Magetan adalah petani kecil dengan kepemilikan lahan yang sempit dan ketersediaan modal yang sangat terbatas. Sehingga perlu suatu stimulus dan pemberdayaan yang tepat agar para petani dapat menghasilkan produk-produk hortikultura yang berkualitas dan berproduksi tinggi.
Bagaimanapun juga, apabila para petani tidak mampu menghasilkan produk hortikultura yang berkualitas maka hasil panen petani tentu saja tidak akan bisa bersaing dengan produk hortikultura impor di pasaran. Pada saat sekarang petani lokal harus berani berhadapan dengan produk-pruduk hortikultura impor. Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh petani hortikultura lokal untuk bisa bersaing, yaitu : kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk hortikultura yang dihasilkan oleh petani. Sehingga langkah nyata dari pemerintah sangat diperlukan melalui sistem pemberdayaan petani hortikultura yang cepat dan tepat.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © entri umum Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger